“Pengertian jujur menurut anda itu
apa? Kalau menurut saya kejujuran itu adalah suatu perilaku yang lebih mengutamakan
otak, hati nurani, dan pelaksanaannya. Ketika otak bekerja mengolah apa yang
dikerjakan, maka hati nurani memilih apakah yang dilakukan baik atau tidak
baik, benar atau salah, ketika otak dan hati nurani sudah saling mengkait satu sama lain, disitulah
organ-organ tubuh bekerja. Tubuh melaksanaan yang sudah diperintah dari otak.”
Pertanyaan
seperti itu lah yang kerap sekali ditanya ketika sekolah dulu, hingga ke
jenjang kuliah. Para guru atau dosen sekali pun selalu menerapkan tentang
kejujuran terhadap anak didiknya.
Begitu
banyak pengalaman manusia ketika dihadapkan dengan kejujuran. Kita bisa
melihatnya mulai dari seorang anak meminta uang
sekolah dalam jumlah yang tidak sewajarnya kepada orangtua (hal kecil)
hingga pejabat-pejabat yang sukanya makan uang rakyat (hal besar). Kita tidak
bisa pungkiri itu semua. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan
korupsinya paling banyak, jadi dengan kata lain Indonesia adalah negara-negara
yang dipenuhi dengan orang yang kurang kejujurannya.
Krisis Mentalitas dan moralitas
Mendengar
kata kejujuran tersebut, masih begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum
terjawab. Arti kejujuran itu sebenarnya bagaimana, dan apakah jika kita semua
melakukan kejujuran akankah menemukan suatu penghargaan atau malah sebaliknya
mendapat cacian dari orang lain? karena untuk zamam sekarang sudah sulit
mendapatkan manusia yang jujur. Banyak yang bilang kejujuran itu mahal..!!!
Untuk
menjawab pertanyaan diatas, saya punya cerita. Cerita ini saya ambil dari
pengalaman yang real atau nyata dan menggambarkan sebuah perasaan yang yang
ingin menyatakan bahwa dia memiliki kejujuran dan dia bisa berbuat jujur. Namun
tidak seorang pun mengahargai kerja kerasnya. Seakan semua yang dia kerjakan
sia-sia tiada arti.
Semuanya
dimulai pada saat ketika sebelum melakukan Ujian Tengah Semester (UTS) dan
Ujian Akhir Semester (UAS). Semua dosen sibuk untuk memberikan materi pelajaran
yang akan keluar pada saat ujian atau kisi-kisi, dan tidak lupa juga mereka
memberikan sedikit nasihat. “Cobalah untuk tidak menyontek pada saat ujian,
supaya kalian tau sampai mana kemampuan masing-masing. Karena kejujuran itu mencermikan
diri sendiri”. Saat dosen mengatakan itu, Semua mahasiswa sama sekali tidak
terpikirkan dibenak mereka untuk melakukannya. Karena mahasiswa itu tidak
mengerti apa pengertian kejujuran dan jika mereka melakukannya apa yang di
dapatkan mereka.
Tiba
saat ujian. Selembar kertas soal dibagikan, dan lagi, lagi, lagi menemukan
tulisan “kata kejujuran”. Sebelum ujian dimulai, ada seorang mahasiswa masih
membaca dengan serius tulisan tersebut. Sungguh kelihatan aneh, tidak tau apa
yang sedang dia pikirkan pada saat itu. Bukan itu saja, mukanya sangat
bersemangat dan tenang ketika mengikuti ujian. Dia tidak sekalipun melirik ke
samping kiri, ke samping kanan ataupun melihat ke sekelilingnya. Dia hanya
mengisi ujian tersebut dengan kemampuannya yang dia pelajari selama satu
semester. melihat dia yang selalu berusaha sendiri saat ujian, rasanya ingin
menjadi seperti dia. Tetapi yang anehnya saat hasil studi keluar, nilainya
sangat jelek daripada mahasiswa yang sehari-harinya pemalas dan menyontek pada
saat ujian. tidak ada sedikit pun perubahan nilai yang dia lakukan. Dia hanya
diam dan melihat hasil kerjanya selama ini. Bukan itu saja, Dosen selalu
mengatakan kata-kata yang menyakitkan untuk mahasiswa yang nilainya jelek.
Mengatakan kalau mereka bodoh, tolol, tidak pernah belajar.
Bahkan
dosen saja tidak memahami apa yang sudah diajarkannya kepada mahasiswanya, Pada
saat dia melakukan itu, apakah ada seseorang yang mengetahui yang dilakukannya
adalah kejujuran. nilainya jelek, apakah dosen tau yang dilakukannya juga dengan
kejujuran. Sebenarnya dia hanya ingin memperlihatkan, seperti ini lah saya.
Saya yang tidak melakukan kecurangan dan menanamkan kata kejujuran di dalam
diri saya.
Dan
yang terpenting adalah, Untuk apa dosen selalu mengajarkan kejujuran dan selalu
menulis pentingnya kejujuran di setiap lembaran soal, sedangkan anak muridnya
sama sekali tidak mempunyai idealis sendiri. Idealis saja tidak punya,
bagaimana cara menanamkan kan terhadap diri sendiri. Bukan itu saja, dosen pun
tidak tau mahasiswa yang mana jujur dan
tidak jujur pada saat ujian. Lalu dengan adanya tulisan jujur, mahasiswa
langsung tidak menyontek? Semua salah, malah semakin dosen mengatakan hal
tersebut, maka mahasiswa semakin ingin lebih nilai yang bagus. Dan perlu juga
kita ingat, Pada saat ujian dilakukan hanya mahasiswa lah yang tau siapa saja
orang yang jujur dan tidak jujur.
Begitu
lah sekilas cerita yang pernah saya liat dan rasakan di kehidupan saya sendiri.
Untuk saat ini masih banyak orang dihantui rasa bimbang untuk memilih, apakah
harus melakukan hal tersebut atau tidak. Karena dengan keadaan tidak sengaja
semua sudah terjawab apabila ketika kita memilih jujur daripada tidak jujur.
Solusi Komprehensif
Berpijak
pada pemaparan berbagai realitas yang telah tersaji, maka sudah saatnya benar-benar
menanamkan pada diri sendiri pentingnya kejujuran. Memang terlihat sulit selalu
bersikap jujur, namun itu lah jalan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang
lain agar kita dapat berpikir dalam berbuat dan bertindak. karena hal-hal
sepele tentang kejujuran dan kebohongan akan berkesinambungan dengan
sendirinya. Apabila kejujuran tidak dilaksanakan maka akan menyebabkan hal yang
merugikan diri sendiri. Contohnya seperti kebiasaan sehari-hari ketika ujian
sering menyontek. Itu sangat merugikan, karena membuat diri sendiri menjadi
malas untuk belajar dan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh dosen terbuang
dengan sia-sia. Coba saja ketika melakukan ujian dengan jujur dan belajar
sungguh-sungguh, pasti hasilnya memuaskan. Dan jika kemungkinan nilainya tidak
memuaskan pasti ada terselip rasa bangga daripada teman-teman lain yang
menyontek. Ingat seperti kata pepatah bilang, apa yang kita tanam maka itu lah
yang kita tuai. Yang artinya apa yang telah di kerjakan selama ini, maka itu
lah yang akan di dapatkan pada saat tua nanti. Pada saat melakukan kejujuran
pasti akan mendapatkan keuntungan besar, antara lain ketika sudah mendapatkan
kepercayaan dari pimpinan, maka sangat mudah untuk mendapatkan kenaikan
jabatan. Ketika sudah jabatan sudah naik dan mapan maka jodoh akan datang dengan mudahnya. Ketika
jodoh datang dengan mudahnya, maka orangtua akan bangga dan merestui hubungan
tersebut dan tetap mendukung apa yang telah dipilih anaknya. Ketika sudah
menikah dan memiliki anak, cucu, hingga cicit maka akan ada rasa bangga yang
kita rasakan pada saat tua nanti seperti apa yang telah dirasakan orangtua kita
dahulu.
Mulai
sekarang, mari lah kita menanamkan rasa kejujuran itu pada diri kita sendiri.
Tidak perlu terlalu memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya, tetapi
lihatlah apa yang dikerjakan pada hari ini untuk masa tua kelak. Karena hari
ini lah yang menunjukkan jati diri kita sebenarnya.
Mengutip
Al-Hadits, Nabi pernah bersabda, “ Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang
tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran (mendatangkan) ketenangan dan
kebohongan (mendatangkan) keraguan”.