Kamis, 19 Juni 2014


“Pengertian jujur menurut anda itu apa? Kalau menurut saya kejujuran itu adalah suatu perilaku yang lebih mengutamakan otak, hati nurani, dan pelaksanaannya. Ketika otak bekerja mengolah apa yang dikerjakan, maka hati nurani memilih apakah yang dilakukan baik atau tidak baik, benar atau salah, ketika otak dan hati nurani sudah saling  mengkait satu sama lain, disitulah organ-organ tubuh bekerja. Tubuh melaksanaan yang sudah diperintah dari otak.”
Pertanyaan seperti itu lah yang kerap sekali ditanya ketika sekolah dulu, hingga ke jenjang kuliah. Para guru atau dosen sekali pun selalu menerapkan tentang kejujuran terhadap anak didiknya.
Begitu banyak pengalaman manusia ketika dihadapkan dengan kejujuran. Kita bisa melihatnya mulai dari seorang anak meminta uang  sekolah dalam jumlah yang tidak sewajarnya kepada orangtua (hal kecil) hingga pejabat-pejabat yang sukanya makan uang rakyat (hal besar). Kita tidak bisa pungkiri itu semua. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan korupsinya paling banyak, jadi dengan kata lain Indonesia adalah negara-negara yang dipenuhi dengan orang yang kurang kejujurannya.
Krisis Mentalitas dan moralitas
Mendengar kata kejujuran tersebut, masih begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Arti kejujuran itu sebenarnya bagaimana, dan apakah jika kita semua melakukan kejujuran akankah menemukan suatu penghargaan atau malah sebaliknya mendapat cacian dari orang lain? karena untuk zamam sekarang sudah sulit mendapatkan manusia yang jujur. Banyak yang bilang kejujuran itu mahal..!!!
Untuk menjawab pertanyaan diatas, saya punya cerita. Cerita ini saya ambil dari pengalaman yang real atau nyata dan menggambarkan sebuah perasaan yang yang ingin menyatakan bahwa dia memiliki kejujuran dan dia bisa berbuat jujur. Namun tidak seorang pun mengahargai kerja kerasnya. Seakan semua yang dia kerjakan sia-sia tiada arti.
Semuanya dimulai pada saat ketika sebelum melakukan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Semua dosen sibuk untuk memberikan materi pelajaran yang akan keluar pada saat ujian atau kisi-kisi, dan tidak lupa juga mereka memberikan sedikit nasihat. “Cobalah untuk tidak menyontek pada saat ujian, supaya kalian tau sampai mana kemampuan masing-masing. Karena kejujuran itu mencermikan diri sendiri”. Saat dosen mengatakan itu, Semua mahasiswa sama sekali tidak terpikirkan dibenak mereka untuk melakukannya. Karena mahasiswa itu tidak mengerti apa pengertian kejujuran dan jika mereka melakukannya apa yang di dapatkan mereka.
Tiba saat ujian. Selembar kertas soal dibagikan, dan lagi, lagi, lagi menemukan tulisan “kata kejujuran”. Sebelum ujian dimulai, ada seorang mahasiswa masih membaca dengan serius tulisan tersebut. Sungguh kelihatan aneh, tidak tau apa yang sedang dia pikirkan pada saat itu. Bukan itu saja, mukanya sangat bersemangat dan tenang ketika mengikuti ujian. Dia tidak sekalipun melirik ke samping kiri, ke samping kanan ataupun melihat ke sekelilingnya. Dia hanya mengisi ujian tersebut dengan kemampuannya yang dia pelajari selama satu semester. melihat dia yang selalu berusaha sendiri saat ujian, rasanya ingin menjadi seperti dia. Tetapi yang anehnya saat hasil studi keluar, nilainya sangat jelek daripada mahasiswa yang sehari-harinya pemalas dan menyontek pada saat ujian. tidak ada sedikit pun perubahan nilai yang dia lakukan. Dia hanya diam dan melihat hasil kerjanya selama ini. Bukan itu saja, Dosen selalu mengatakan kata-kata yang menyakitkan untuk mahasiswa yang nilainya jelek. Mengatakan kalau mereka bodoh, tolol, tidak pernah belajar.
Bahkan dosen saja tidak memahami apa yang sudah diajarkannya kepada mahasiswanya, Pada saat dia melakukan itu, apakah ada seseorang yang mengetahui yang dilakukannya adalah kejujuran. nilainya jelek, apakah dosen tau yang dilakukannya juga dengan kejujuran. Sebenarnya dia hanya ingin memperlihatkan, seperti ini lah saya. Saya yang tidak melakukan kecurangan dan menanamkan kata kejujuran di dalam diri saya.
Dan yang terpenting adalah, Untuk apa dosen selalu mengajarkan kejujuran dan selalu menulis pentingnya kejujuran di setiap lembaran soal, sedangkan anak muridnya sama sekali tidak mempunyai idealis sendiri. Idealis saja tidak punya, bagaimana cara menanamkan kan terhadap diri sendiri. Bukan itu saja, dosen pun tidak tau mahasiswa yang mana  jujur dan tidak jujur pada saat ujian. Lalu dengan adanya tulisan jujur, mahasiswa langsung tidak menyontek? Semua salah, malah semakin dosen mengatakan hal tersebut, maka mahasiswa semakin ingin lebih nilai yang bagus. Dan perlu juga kita ingat, Pada saat ujian dilakukan hanya mahasiswa lah yang tau siapa saja orang yang jujur dan tidak jujur.
Begitu lah sekilas cerita yang pernah saya liat dan rasakan di kehidupan saya sendiri. Untuk saat ini masih banyak orang dihantui rasa bimbang untuk memilih, apakah harus melakukan hal tersebut atau tidak. Karena dengan keadaan tidak sengaja semua sudah terjawab apabila ketika kita memilih jujur daripada tidak jujur.
Solusi Komprehensif
Berpijak pada pemaparan berbagai realitas yang telah tersaji, maka sudah saatnya benar-benar menanamkan pada diri sendiri pentingnya kejujuran. Memang terlihat sulit selalu bersikap jujur, namun itu lah jalan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain agar kita dapat berpikir dalam berbuat dan bertindak. karena hal-hal sepele tentang kejujuran dan kebohongan akan berkesinambungan dengan sendirinya. Apabila kejujuran tidak dilaksanakan maka akan menyebabkan hal yang merugikan diri sendiri. Contohnya seperti kebiasaan sehari-hari ketika ujian sering menyontek. Itu sangat merugikan, karena membuat diri sendiri menjadi malas untuk belajar dan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh dosen terbuang dengan sia-sia. Coba saja ketika melakukan ujian dengan jujur dan belajar sungguh-sungguh, pasti hasilnya memuaskan. Dan jika kemungkinan nilainya tidak memuaskan pasti ada terselip rasa bangga daripada teman-teman lain yang menyontek. Ingat seperti kata pepatah bilang, apa yang kita tanam maka itu lah yang kita tuai. Yang artinya apa yang telah di kerjakan selama ini, maka itu lah yang akan di dapatkan pada saat tua nanti. Pada saat melakukan kejujuran pasti akan mendapatkan keuntungan besar, antara lain ketika sudah mendapatkan kepercayaan dari pimpinan, maka sangat mudah untuk mendapatkan kenaikan jabatan. Ketika sudah jabatan sudah naik dan mapan maka  jodoh akan datang dengan mudahnya. Ketika jodoh datang dengan mudahnya, maka orangtua akan bangga dan merestui hubungan tersebut dan tetap mendukung apa yang telah dipilih anaknya. Ketika sudah menikah dan memiliki anak, cucu, hingga cicit maka akan ada rasa bangga yang kita rasakan pada saat tua nanti seperti apa yang telah dirasakan orangtua kita dahulu.
Mulai sekarang, mari lah kita menanamkan rasa kejujuran itu pada diri kita sendiri. Tidak perlu terlalu memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya, tetapi lihatlah apa yang dikerjakan pada hari ini untuk masa tua kelak. Karena hari ini lah yang menunjukkan jati diri kita sebenarnya.

Mengutip Al-Hadits, Nabi pernah bersabda, “ Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan (mendatangkan) keraguan”.